BLOGGER TEMPLATES AND Gaia Layouts »

e&

e&

Senin, 03 Januari 2011

florence nightingle


Dua bayi perempuan dilahirkan di tengah keluarga William (W.E.N) dan Fanny Nightingale dalam suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Parthenope, anak pertama, lahir di Napoli, Yunani. Putri kedua diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di Italia, tempat dia dilahirkan pada tanggal 12-Met 1820: Florence.

Florence Nightingale dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang tinggal di luar kota London, dikelilingi pesta-pesta yang terus berlangsung, sebuah rumah musim panas bernama Lea Hurst, dan tamasya ke Eropa. Tetapi pada tahun 1837, pada usia tujuh belas tabun, dia menulis di buku hariannya, "Pada tanggal 7 Februari, Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-Nya." Tetapi pelayanan apa?

Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita (bukan karena status sosial keluarga kaya) saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar Embley, rumah keluarganya.

Pada saat Florence berusia dua puluh empat tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an, para gadis Inggris terhormat tidak akan bersedia menjadi perawat. Pada masa itu, perawat tidak melebihi fungsi sebagai pembantu yang melakukan semua pekerjaan di rumah sakit dan dianggap sebagai peminum atau pelacur.

Tetapi Florence, yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya, merasa hampir gila karena ketidakproduktifan dan rasa frustrasi. Dia bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, dr. Samuel Howe, "Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?" Dia menjawab, "Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain."

Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity, suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.

Bahkan sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi Florence menanggapi bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.

Tahun 1846, Florence melakukan perjalanan ke Roma bersama teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge. Pada perjalanan ini, dia bertemu dengan Sidney Herbert dan istrinya, Liz. Mereka adalah orang Kristen yang taat. Kemudian dia menjadi Menteri Perang dan seorang teman serta pendorong, semangat bagi Florence Nightingale.

Pada bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.

Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte, menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. (Komite institusi ini menginginkan agar institusi tersebut hanya menerima jemaat Gereja Inggris).

Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai Crimea dan Konstantinopel (pintu gerbang menuju Timur Tengah) Sidney Herbert, sebagai Menteri Perang, meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini. Dia tiba bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari Biarawati Katolik Roma, Dissenting Deaconnesses, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong semangatnya.

Selama perang berlangsung, Florence menghadapi pertempuran berat untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Perang Crimea telah membongkar sistem kemiliteran Inggris yang ternyata mengirim ribuan prajurit untuk menjemput kematiannya sendiri akibat kekurangan gizi, penyakit, dan diabaikan. Sebanyak 60.000 prajurit Inggris dikirim ke Crimea. Sejumlah 43.000 meninggal, sakit, atau terluka, dan hanya 7.000 yang terluka oleh musuh. Sisanya merupakan korban akibat lumpur, kekacauan, dan penyakit.

Pada saat perang akan berakhir, laporan dan saran Florence Nightingale membuat Inggris seperti dilanda badai. Dia menjadi pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun 1860, Sekolah Keperawatan Nightingale dibuka di London dan kelas pertamanya berisi lima belas orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya, sebelum dia meninggal saat sedang tidur pada usia sembilan puluh tahun di tahun 1910, dia bekerja tanpa lelah untuk mengadakan perubahan-perubahan di kemiliteran yang berhubungan dengan perawatan kesehatan dan medis.

Sebab dia telah bersumpah, "Semua yang terjadi di Crimea, tidak boleh terulang kembali."


Diedit seperlunya dari:
Judul buku : Penabuh Drum di Medan Perang
Judul asli : The Drummer Boy's Battle
Penulis : Dave dan Neta Jackson
Penerjemah : Lie Ping
Halaman : 179 -- 183
Penerbit : Gospel Press, Batam Center 2004

imogen heap


Ibu Heap(sebuah terapis seni) dan ayahnya (seorang pengecer batu konstruksi) terpisah ketika dia berusia dua belas. Pada usia tiga belas, ia telah mulai menulis lagu.Dia sudah memainkan musik dari usia dini, dan klasik terlatih dalam beberapa instrumen seperti piano , cello dan klarinet .Dia kemudian belajar sendiri bermain gitar dan drum , dan kemudian dua perkusi / idiophone instrumen, mbira array dan Hang .

Heap tidak rukun dengan guru musik padanya sekolah asrama , jadi dia belajar sendiri terutama sequencing , musik rekayasa, sampling dan produksi Atari komputer. Dia melanjutkan studi di Sekolah Brit untuk Pertunjukan Kesenian & Teknologi di Croydon , London Selatan .

Heap banyak menggunakan suara elektronik dimanipulasi sebagai bagian integral dari musiknya. She also mixes ambient sound into her music (such as the sound of a frying pan in use cooking food, in the background of her song "Hide and Seek") and has commented that "certain sounds give the music a width and a space, and that's important." [ 5 ] Dia juga campuran suara ambien ke musiknya (seperti suara wajan dalam makanan digunakan memasak, di latar belakang lagu nya "Hide and Seek") dan telah berkomentar bahwa "suara-suara tertentu memberikan musik yang lebar dan spasi, dan hal itu penting. " [5]


Heap menyatakan bahwa lirik lagunya berasal dari pengalaman pribadi, tetapi tidak apa adanya pengakuan.Dia telah menyatakan "Sebagian besar waktu, lirik yang jenis seperti pesan rahasia saya untuk teman-teman saya atau pacar saya atau ibu saya atau ayah saya. Saya tidak akan pernah memberitahu mereka bahwa lagu-lagu ini tentang mereka atau yang lirik spesifik adalah tentang seseorang. Sering kali, ketika aku duduk untuk menulis lirik, itu adalah dalam panas saat itu, dan sesuatu yang baru saja terjadi ".

Heap adalah seorang advokat yang terang-terangan menggunakan teknologi baru untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan fans nya. Pada bulan Agustus, 2009 ia digunakan Vokle.com , auditorium online, untuk menjawab pertanyaan dari pendengar video chat.


Imogen juga bekerja sama dengan Vokle untuk mengadakan audisi selo terbuka untuk tur Amerika Utara-nya.Dia memberikan lembaran musik untuk "Aha" di website dan mendorong penggemar lokal untuk mempelajari bagian dan audisi langsung melalui Vokle . Imogen kemudian akan memilih pemain cello untuk menemaninya untuk itu kota tertentu - kadang-kadang dengan bantuan dari pemirsa dan boneka-nya Lion, Harold.

Pada tahun 2010 Imogen membuka audisi online ke penyanyi dan paduan suara dan mengundang mereka untuk audisi disampaikan melalui YouTube video untuk menemaninya di atas panggung saat ia melakukan lagu "Earth" dari Ellipse. Pemenang setiap acara lokal juga diundang untuk melakukan pertunjukan 15 menit mereka sendiri. Di studio, rekaman album resmi "earth" dibuat atas sepenuhnya dari berbagai lagu vokal.

Selasa, 28 Desember 2010

Harga : Rp 27.500,- *
Ukuran : 11 x 18 cm
Tebal : 312 halaman
Terbit : Januari 1993
BERKISAR, unggas elok hasil kawin silang antara ayam hitan dan ayam biasa sering menjadi hiasan rumah orang-orang kaya. Dan, adalah Lasi yang berayah bekas serdadu Jepang; kulitnya yang putih dan matanya yang khas membawa dirinya menjadi bekisar untuk hiasan sebuah gedung dan kehidupan megah seorang lelaki kaya di Jakarta. Lahir dalam keluarga petani gula kelapa sebuah desa di pedalaman, Lasi terbawa arus sejarah hidupnya sendiri dan berlabuh dalam kemewahan kota yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Lasi mencoba menikmati kemewahan itu dan rela membayarnya dengan kesetiaan penuh pada Pak Han, seorang suami tua yang sudah lemah. Namun Lasi gagap ketika menemukan nilai perkawinannya dengan Pak Han hanya sebuah keisengan, main-main. Longgar, dan di mata Lasi sangat ganjil. Dalam kegelapan itu Lasi bertemu dengan Kanjat, teman sepermainan yang sudah jadi lelaki matang. Lasi ingin Kanjat menolongnya seperti dulu ketika keduanya masih sama-sama bocah. Lasi ingin Kanjat membebaskan dirinya dari kurungan bekisar di rumah Pak Han. Tetapi Kanjat sibuk sendiri dengan kegiatan kemasyarakatan dalam upaya memperbaiki kehidupan para petani gula kelapa. Maka Lasi harus bisa memutuskan sendiri: tetap menjadi bekisar dalam kurungan kehidupan kota yang makmur tetapi ganjil atau terbang untuk membangun kembali dunianya sendiri yang sudah lantak. Pada titik ini Lasi merasa berdiri di simpang jalan yang sangat membingungkan.

Vienna Blood


Setelah A Death In Vienna, serial yang ditulis Frank Tallis kembali lagi dengan Vienna Blood. Judul yang memiliki bau yang “sama”. Sehingga dapat dipastikan, seperti sebelumnya, di buku ini juga terdapat beberapa kejadian yang menelan korban dan bersama sahabatnya, Inspektur Detektif Oskar Rheinhardt, sang dokter dengan psikoanalisisnya kembali beraksi memecahkan misteri.

Insiden berdarah dibuka dengan ditemukannya anakonda yang tidak bernyawa di Tiergarten. Yang mengerikan, binatang dengan ukuran raksasa itu terpotong menjadi beberapa bagian. Tak ada barang bukti yang terdapat disekitar lokasi kejadian. Sang pawang juga tak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena ia dipukul oleh sang pelaku hingga kehilangan ingatan.

Belum juga berhasil mendapatkan motif maupun tersangka dari insiden di kebun binatang, kejadian yang menelan korban kembali terjadi. Tak hanya satu namun empat sekaligus. Semua daerah kejadian disisir tanpa sisa oleh Inspektur Rheinhardt beserta asistennya. Beberapa nama masuk dalam catatannya.

Tak dinyana, saat sibuk dengan interogasi yang dilakukannya, korban- korban lain kembali berjatuhan. Geram, tentu saja. Karena tak hanya dibuat pusing oleh tingkah sang pelaku. Inspektur Rheinhardt juga harus berhadapan dengan tuntutan atasan untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut, seakan tak mengerti kesulitan yang dihadapinya

Tentu saja bantuan Maxim Liebermann sangat berarti, walau tetap tak yakin pada beberapa teori yang diungkap oleh sahabatnya. Seperti kasus sebelumnya, Miss Lydgate, wanita kenalan Liebermann kembali dilibatkan. Berpacu dengan waktu, ketiganya berusaha keras untuk mengumpulakn bukti – bukti sebelum lebih banyak korban yang berjatuhan. Butuh beberapa lama untuk menyadari bahwa ada satu hal yang menghubungkan semua rentetan pembunuhan yang terjadi.

Kisah kali ini sungguh menarik. tak hanya dari kasus yang ditangani oleh sang inspektur. Bahkan kehidupan pribadi Maxin Liebermann pun rasanya sayang untuk dilewatkan. Sayangnya ketika buku ini sampai ada halaman terakhir, kisah Lieberman masih sedikit menggantung. Semoga saja dibuku berikutnya semua rasa penasaran ini bisa terjawab.

Beberapa pertanyaan berkisar pakaian transportasi, hingga konser-konser musik semua terjawab di buku ini. Walau beberapa hal masih harus mengandalkan Wikipedia. Terlebih untuk mengerti keadaan kota Vienna beserta gedung – gedung yang digunakan Frank Tallis sebagai setting. Rasanya menyenangkan melihat tmpilah depan gedung – gedung yang dikunjungi Lieberman, terlebih ketika akhirnya isa melihat makanan yang digambarkan sangat lezat oleh Inspektur Rheinhardt

Yang tak kalah mengejutkan adalah Liebermann hidup dimasa yang sama dengan salah satu tokoh besar dalam sejarah dunia. Beberapa teori yang diungkapkan dalam buku ini sedikit membuat bingung. Namun setidaknya bagaimana prinsip dasar psikoanalisis dengan jelas tergambar dalam buku ini.

Sedikit membuat saya kewalahan adalah nama- nama tokoh – tokoh tambahan yang membingungkan. Mungkin dikarenakan penggabungan huruf – huruf itu bukan hal yang lazim digunakan. Butuh waktu lama bagi saya untuk dapat membedakan satu toko dengan tokoh lainnya.

Musik juga mengambil bagian besar dalam buku ini, baik dari piano yang dimainkan Liebermann ataupun dalam konser juga tak dapat saya nikmati. Saya menyukai lagu klasik namun tidak sampai membuat saya hapal luar dalam. Apalagi jumlah mereka ribuan.